tak sebanding memang
bila diukur dengan akal sehat sekalipun
"sangat" dan "biasa"
"mati" dan "hidup"
"hati" dan "otak"
"20" dan "110"
"aku" dan "nya"
karena ku anggap ini yang pertama
ku berikan semuanya
apa ada yang salah dengan itu?
aku mengalah bukan kalah
sampai di pada suatu titik nanti
akan di pertanyakan kembali
oleh sebuah konsistensi
yang masih ada hingga saat ini
Friday, February 25, 2011
Titik Tertinggi
baru saja ku sadar
aku telah di berikan sayap
ya..., ratuku yang memberi..
ku terbang tinggi
walaupun ku tahu
kendali tak ku pegang penuh
saat dimana ku akan raih kendali itu bersamanya
tepat disaat ku lihat ratuku
dalam keadaan yang terindah
yang ku yakin, ini memang yang sempurna
sesuatu yang belum pernah ku lihat sebelumnya
ia terbang dengan indahnya
berputar cepat, menari-nari
sempurnanya ia pun bernyanyi
beberapa saat ku terlena..
sayangnya..
saat itu...
tepat disaat ku tahu
ratuku hilang hatinya
bukan...bukan aku pelakunya
beberapa detik ku tersadar,lalu ku terjatuh
dari titik tertinggi sayap ini mampu menggapai
aku telah di berikan sayap
ya..., ratuku yang memberi..
ku terbang tinggi
walaupun ku tahu
kendali tak ku pegang penuh
saat dimana ku akan raih kendali itu bersamanya
tepat disaat ku lihat ratuku
dalam keadaan yang terindah
yang ku yakin, ini memang yang sempurna
sesuatu yang belum pernah ku lihat sebelumnya
ia terbang dengan indahnya
berputar cepat, menari-nari
sempurnanya ia pun bernyanyi
beberapa saat ku terlena..
sayangnya..
saat itu...
tepat disaat ku tahu
ratuku hilang hatinya
bukan...bukan aku pelakunya
beberapa detik ku tersadar,lalu ku terjatuh
dari titik tertinggi sayap ini mampu menggapai
Katanya Menangis(bag2)
kembali seperti dulu,
semua sama, tak ada yang berubah
hanya bisa melihat sang boneka mimpi
dari luar kaca etalase
bukan menangis rupanya,
ia hanya mengusap mata
aku tau karena pernah ku hampiri
apakah terlalu dekat?
hingga kuku tajamnya
mampu menyobek pembuluhku
apa dia tau persis
maksudku menghampirinya?
kain penutup luka
kini kian memerah karena darah
semua sama, tak ada yang berubah
seperti anak kecil yang meninginkan boneka
tetapi kini menjadi anak yang terluka
dan anak yang memeggang janjinya sampai darahnya tidak lagi menetes
semua sama, tak ada yang berubah
hanya bisa melihat sang boneka mimpi
dari luar kaca etalase
bukan menangis rupanya,
ia hanya mengusap mata
aku tau karena pernah ku hampiri
apakah terlalu dekat?
hingga kuku tajamnya
mampu menyobek pembuluhku
apa dia tau persis
maksudku menghampirinya?
kain penutup luka
kini kian memerah karena darah
semua sama, tak ada yang berubah
seperti anak kecil yang meninginkan boneka
tetapi kini menjadi anak yang terluka
dan anak yang memeggang janjinya sampai darahnya tidak lagi menetes
Temanku Berkata
"jadilah penjaga meski hanya di luar kaca
lalukan apa yang kau bisa lakukan, teman!
lekas bersihkan, meski di bagian terluar kaca.
sanjung, meski suara sekencang apapun tak dapat menembus tebalnya kaca".
Subscribe to:
Posts (Atom)