tak mampu bersuara
seolah mati dan tak bernyawa
ku melihat dua buah garis menuju ke titik yang sama
bukan, bukan aku salah satunya
aku lebih dari sekedar pena,
ya, pena yang habis tintanya
bagai dalang yang iri pada kisah wayangnya
yang iri melihat seluruh isi kisah di dalamnya
dalang yang jatuh hati kepada sang wayang betina
kasihannya, tak ada dalam cerita
bercerita di balik bertumpuknya semua derita
waktunya dalang berfikir kacaukan cerita
untuk dapatkan hati sang wayang betina
walau tahu semua terlambat sepertinya
boodhikabonsapi
Saturday, August 28, 2010
Friday, August 27, 2010
rusaknya boneka mimpi !
Nafsu lagi kali ini,
Ku melihatnya karena egoku yang menang,
Semua hal yang ku anggap harus aku miliki
memerah memanas ketika semua mahluk ciptaa-NYA itu mendekat,
Kejamnya, aku tlah bandingkan,
Mimpi dan lalu boneka rusak nyata,
Kedua nyawa yang tak jauh berbeda,
Berkali mereka mati,
Selalu ada yang hidup kembali
setelah ku sayat perlahan nadinya
sahabat, yang katanya selalu adapun tahu
satu bulan kurang lebih awal
tapi nyawa itu melayang
saling menendang…
berebut untuk jadi penyakit
di dalam rumah tak bertuan…
bodhikabonsapi
Ku melihatnya karena egoku yang menang,
Semua hal yang ku anggap harus aku miliki
memerah memanas ketika semua mahluk ciptaa-NYA itu mendekat,
Kejamnya, aku tlah bandingkan,
Mimpi dan lalu boneka rusak nyata,
Kedua nyawa yang tak jauh berbeda,
Berkali mereka mati,
Selalu ada yang hidup kembali
setelah ku sayat perlahan nadinya
sahabat, yang katanya selalu adapun tahu
satu bulan kurang lebih awal
tapi nyawa itu melayang
saling menendang…
berebut untuk jadi penyakit
di dalam rumah tak bertuan…
bodhikabonsapi
Monday, August 2, 2010
Menggenggam bingkisan hati yang terbelah
Ketangguhan yang kulihat sebelumnya
Kekuatan yang di pancarkan awalnya
kini melemah, dan akhirnya sirna
Bersama air mata yang membeku
Buat gundukan dan terbendung
Menjadi rakyat, ratuku sekarang
Peran yang ia mainkan di istana
Terlihat jelas kini dengan mata telanjang
Wajarkah ia sederajat sekarang?
Menatap seluruh wajah tak bersalah dan merasa kalah,
Menggenggam bingkisan hati yang terbelah
Satu hati iba
Dan memang itu nyatanya
Melihatnya jatuh, terseok penuh darah
Di balas senyum dingin di balik sebuah kepedihan
Sejenak …Lalu inti otak rusak
Seperti tiga per empat tahun kembali
Lalu menyingkir… pandangan kosong penuh harap
Hilang rindu lalu datang perpisahan
Tatapan akhir pertemuan yang di tunjukan
Sang ratu terdiam, tuk berikan kesempatan
Akhir pertemuan bukan kepada raja
Tapi pada semua yang memiliki memo
Sama dengan rakyat yang mengibainya
Berjalan perlahan..
Tuk menunggu sang raja mengantarnya ke pintu keabadian
bodhikabonsapi
Kekuatan yang di pancarkan awalnya
kini melemah, dan akhirnya sirna
Bersama air mata yang membeku
Buat gundukan dan terbendung
Menjadi rakyat, ratuku sekarang
Peran yang ia mainkan di istana
Terlihat jelas kini dengan mata telanjang
Wajarkah ia sederajat sekarang?
Menatap seluruh wajah tak bersalah dan merasa kalah,
Menggenggam bingkisan hati yang terbelah
Satu hati iba
Dan memang itu nyatanya
Melihatnya jatuh, terseok penuh darah
Di balas senyum dingin di balik sebuah kepedihan
Sejenak …Lalu inti otak rusak
Seperti tiga per empat tahun kembali
Lalu menyingkir… pandangan kosong penuh harap
Hilang rindu lalu datang perpisahan
Tatapan akhir pertemuan yang di tunjukan
Sang ratu terdiam, tuk berikan kesempatan
Akhir pertemuan bukan kepada raja
Tapi pada semua yang memiliki memo
Sama dengan rakyat yang mengibainya
Berjalan perlahan..
Tuk menunggu sang raja mengantarnya ke pintu keabadian
bodhikabonsapi
Subscribe to:
Posts (Atom)